Sejarah Gereja Paroki Administratif BVM de La Salette Juwana
oleh OMK Jepara Blog pada 30 Agustus 2010 jam 16:10
Paroki Administratif Juwana terletak kurang lebih 12 km arah Timur laut dari Gereja St. Yusuf Pati. Sebelum menjadi Paroki Administratif Juwana statusnya ialah Stasi Juwana, Paroki Pati. Menurut Buku Sejarah Provinsi MSF Jawa pada tahun 1949 Rm. P. Stienen, MSF yang menjadi Pastor Paroki Pati mendapat tugas khusus membangun gedung gereja Paroki Pati dan mempersiapkan Stasi Juwana.
Keberadaan gedung gereja Stasi Juwana tak lepas dari Ibu Maria Chatarina Chauvin yang merelakan sebagian tanahnya untuk lokasi gereja tersebut. Demikian juga Bapak Bedjo Ludiro dengan kawan-kawannya yang memprakarsi pembangunan gereja di Stasi Juwana ini.
Setelah gedung gereja Stasi Juwana selesai dibangun diberi nama BMV de la Salette Juwana. Misa pertama dilaksanakan pada 10 Juli 1956 bersama Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijopranata. Namun seiring berjalannya waktu dan berdasarkan SK. Keuskupan Agung Semarang tanggal 7 April 1990 No.112 / B / I / A / 90 nama gereja Stasi Juwana ditetapkan dengan nama GEREJA KATOLIK SANTA MARIA LA SALETTE JUWANA.
Sebelum mempunyai gereja St. Maria La Salette Juwana pada tahun 30 - 40 an sudah pernah diadakan Perayaan Ekaristi, walaupun hanya pada waktu Natal bertempat di rumah Bp. S. von Boltog. Kemudian menjelang akhir tahun 1948 mengalami kemajuan, Perayaan Ekaristi ( Misa ) yang biasa dilaksanakan 6 bulan sekali di rumah Bp. FX. Widya Saputra Jalan Silugonggo 14 Juwana menjadi dua kali sebulan pada hari Minggu pertama dan ketiga karena mulai tahun 1949 di Pati mempunyai 2 Pastor yaitu Rm. Stienen, MSF dan Rm.Yacobs, MSF hingga tahun 1956.
Dengan berjalannya waktu, pada tahun 1983 umat Juwana membangun sebuah ruangan sebagai sarana kegiatan umat yang diberi nama SASANA PRADHANA AVE MARIA.
Pada saat Rm. Harsawijaya MSF bertugas sebagai Pastor Pembantu Paroki Pati untuk Juwana beliau menetap dan tinggal di tengah-tengah umat Juwana. Keberadaan Rm. Harsawijaya MSF merupakan anugerah yang berlimpah bagi umat Juwana karena keadaan ini sangat lama di dambakan oleh umat Juwana. Dan tanggal13 April 1994 status Stasi Juwana menjadi Paroki Administatif Juwana. Dengan Susunan Pengurus Dewan Parokinya sebagai berikut:
1. Ketua Umum : Pastor Paroki
2. Ketua I : I. Sugeng Pranoto
3. Ketua II : Alex Pujianto
4. Sekretaris I : A. Suparlan
5. Sekretaris II : FF. Triwatiningsih
6. Bendahara I : Bambang Santoso
7. Bendahara II : FX. Budi Santoso
Gereja Santa Maria La Salette Juwana, memiliki dua Stasi yaitu Stasi Tlogomojo dan Stasi Jakenan. Menurut Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004 Status untuk Stasi Tlogomojo dan Jakenan menjadi Lingkungan. Mengenai keberadaan LINGKUNGAN Tlogomojo dan gereja SAN INIGO yang terletak kurang lebih 7 Km arah Tenggara dari Juwana dan masuk wilayah kecamatan Batangan pada sekitar tahun 1982 atas bimbingan Bapak A. Kunarso dan Bapak Y. Soedarto (Alm.) serta Pamong-pamong yang lain Lingkungan Tlogomojo berkembang pesat dan menggembirakan, dimulai dengan adanya Doa bersama, Ibadat Sabda dan kemudian Parayaan Ekaristi bersama masih bertempat di rumah warga. Atas kebulatan tekad bersama dengan uang terkumpul Rp 65.000,- dibelilah sebidang tanah untuk lokasi kapel. Waktu itu Pastor Paroki Pati Rm. Marta Wiryana, MSF dan kemudian diganti Rm. PC. Yoedadihardja, MSF (Alm.) dilanjutkan pembangunan gedung gereja di atas tanah ukuran 6 x 9 m yang dirasa cukup menampung umat untuk melaksanakan kegiatan. Atas berkenannya beliau Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ gereja Tlogomojo diresmikan penggunaannya pada 16 Mei 1985 dengan nama GEREJA KATOLIK SAN INIGO. Dari dulu sampai sekarang di Lingkungan Tlogomojo Perayaan Ekaristi diadakan sebulan sekali ( hari Minggu ke dua ) untuk selebihnya dilayani oleh Prodiakon dari Juwana.
Tentang keberadaan Lingkungan Jakenan kurang lebih sejak tahun 1980 ada umat katolik menetap di Kecamatan Jakenan. Sebelumnya mereka selalu mengikuti Perayaan Ekaristi dan kegiatan kerohanian lainnya di Juwana dan di Pati. Semakin lama semakin banyak umat katolik yang menetap di Jakenan dan sekitarnya termasuk di wilayah Kecamatan Pucakwangi, melihat perkembangan umat yang demikian itu maka Rm. PC. Yoedadihardja, MSF ( Alm. ) membeli sebidang tanah dan gedung yang dijadikan kapel dengan harapan Lingkungan Jakenan semakin berkembang. Namun sampai saat ini umat di Jakenan terus berkurang. Ada 3 atau 4 keluarga yang tersisa mereka selalu mengikuti Misa di Gereja Pati.
Dengan berjalannya waktu yang dibarengi dengan pergantian Pastor Paroki serta kebijaksanaan Pastoral dalam hidup menggereja umat, benih-benih iman menghasilkan buah yang berlimpah sebagai nampak pada data berikut ini:
¨ Tahun 1970 umat Katolik berjumlah 594 Jiwa .
¨ Tahun 1980 umat Katolik berjumlah 634 Jiwa .
¨ Tahun 1990 umat Katolik berjumlah 813 Jiwa .
¨ Tahun 2000 umat Katolik berjumlah 640 Jiwa
Setelah sekitar 50 tahun karya misi dan pastoral dilaksanakan pada tahun 2005 ini umat Paroki Administratif Juwana berjumlah 726 jiwa.
[1] Sumber buku Sejarah Gereja St. Yusup Gedangan dalam rangka peringatan 125 th Gedung Gereja dituliskan th 1932 MSF mulai berkarya di Bangkong, 1934 berkarya di Kudus, Demak, Jepara dan 1956 di Purwodadi dan Gubug.
[2] Dalam Konsep Buku Sejarah Gereja Gedangan, sampul biru, tertulis tahun 1936 kompleks Kebon Dalem dibeli Pastoor Beekman SJ. Buku sumber Sejarah Gereja St. Yusup Gedangan dalam rangka peringatan 125 th Gedung Gereja tertulis, Pastor Beekman tanggal 26 November 1936 membeli kompleks Yayasan Soli Bei di Kebon Dalem untuk Panti Asuhan, Sekolahan, Susteran dan Gereja. Baru tgl 16 Desember 1937 bangunan gereja di resmikan.
note : titik-titik merah ditekan berbarengan
Kunci = A
Kunci = Am
Kunci = B
Kunci = Bm
Kunci = C
Kunci = Cm
Kunci = D
Kunci = Dm
Kunci = E
Kunci = Em
Kunci = F
Kunci = Fm
Kunci = G
Kunci = Gm
Rabu, 10 Agustus 2011
sejarah grup ST12
Sejarah ST 12
Satu lagi grup band asal kota kembang Bandung menyemarakan belantika musik Indonesia. ST12, grup yang terdiri dari 4 personil, Pepep (Drum), Iman Rush (Guitar), Pepeng (Guitar), dan Charly Van Houtten (Vokalis) ini dibentuk sejak Januari 2005 lalu.
Grup yang bermimpi untuk menjadi band papan atas itu mengusung jenis musik pop alternatif. "Kami menganggap jenis musik ini akan lebih mudah didengar, easy listening. Dan pendengar pun tampaknya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu seperti itu," ungkap Pepep mewakili teman-temannya.
Untuk menambah kualitas pada album perdana yang berjudul Aku Tak Sanggup Lagi, mereka melibatkan musisi Indra Utopia sebagai pengisi bass dan kang Iman GAIA untuk mengisi keyboard.
Awalnya grup band ini diprakarsai oleh Pepep dan Iman Rush. Pepep yang sebelumnya pernah tergabung dalam Oliv Band mengajak Pepeng, temannya yang sama-sama pernah tergabung dalam grup Oliv Band.
Ternyata jalan mereka tetap tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ketiga pria ini merasa kesulitan untuk mendapatkan seorang vokalis yang memiliki kriteria suara yang sesuai dengan keinginan mereka. Maka sebuah audisi pun dilakukan. Saat audisi, ketiganya dipertemukan dengan Carly Van Houtten. "Charly memiliki karakter suara yang bagus dan cukup kuat. Selain itu dia memiliki latar belakang sebagai pengajar vokal. Jadi, tampaknya tidak sulit bagi dia untuk membawakan lagu saat audisi berlangsung," papar Pepep.
Tidak berbeda dengan grup-grup band yang sedang naik daun sekarang ini, lagu-lagu mereka pun kebanyakan bertema tentang cinta. "Cinta sifatnya lebih fleksibel. Lebih universal. Bisa dinikmati oleh siapa saja, muda dan tua. Dan tema-tema seperti inilah yang akan terus laku di pasaran," tambah Pepep.
Nama ST12 sendiri diambil dari nama jalan, Stasiun Timur No 12, yang merupakan lokasi studio tempat mereka kumpul. Di studio tersebutlah, keempat orang pemuda ini kerap kali berkumpul dan mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. "Studio ini memang sering dijadikan tempat mangkal oleh teman-teman musisi lain, baik yang yunior, maupun senior di Bandung," jelas Pepep mengenai sejarah berdirinya ST12.
Satu lagi grup band asal kota kembang Bandung menyemarakan belantika musik Indonesia. ST12, grup yang terdiri dari 4 personil, Pepep (Drum), Iman Rush (Guitar), Pepeng (Guitar), dan Charly Van Houtten (Vokalis) ini dibentuk sejak Januari 2005 lalu.
Grup yang bermimpi untuk menjadi band papan atas itu mengusung jenis musik pop alternatif. "Kami menganggap jenis musik ini akan lebih mudah didengar, easy listening. Dan pendengar pun tampaknya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu seperti itu," ungkap Pepep mewakili teman-temannya.
Untuk menambah kualitas pada album perdana yang berjudul Aku Tak Sanggup Lagi, mereka melibatkan musisi Indra Utopia sebagai pengisi bass dan kang Iman GAIA untuk mengisi keyboard.
Awalnya grup band ini diprakarsai oleh Pepep dan Iman Rush. Pepep yang sebelumnya pernah tergabung dalam Oliv Band mengajak Pepeng, temannya yang sama-sama pernah tergabung dalam grup Oliv Band.
Ternyata jalan mereka tetap tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ketiga pria ini merasa kesulitan untuk mendapatkan seorang vokalis yang memiliki kriteria suara yang sesuai dengan keinginan mereka. Maka sebuah audisi pun dilakukan. Saat audisi, ketiganya dipertemukan dengan Carly Van Houtten. "Charly memiliki karakter suara yang bagus dan cukup kuat. Selain itu dia memiliki latar belakang sebagai pengajar vokal. Jadi, tampaknya tidak sulit bagi dia untuk membawakan lagu saat audisi berlangsung," papar Pepep.
Tidak berbeda dengan grup-grup band yang sedang naik daun sekarang ini, lagu-lagu mereka pun kebanyakan bertema tentang cinta. "Cinta sifatnya lebih fleksibel. Lebih universal. Bisa dinikmati oleh siapa saja, muda dan tua. Dan tema-tema seperti inilah yang akan terus laku di pasaran," tambah Pepep.
Nama ST12 sendiri diambil dari nama jalan, Stasiun Timur No 12, yang merupakan lokasi studio tempat mereka kumpul. Di studio tersebutlah, keempat orang pemuda ini kerap kali berkumpul dan mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. "Studio ini memang sering dijadikan tempat mangkal oleh teman-teman musisi lain, baik yang yunior, maupun senior di Bandung," jelas Pepep mengenai sejarah berdirinya ST12.
Senin, 08 Agustus 2011
Sejarah Perkembangan Musik Klasik Dunia
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja.
Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
Zaman Klasik (1750 - 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja.
Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
Zaman Klasik (1750 - 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
Rabu, 27 Juli 2011
Sejarah Musik Country
February 5, 2009 by hotchord
Musik country sendiri sebenarnya menggantikan istilah musik hillbilly mulai dipakai sekitar tahun 1940-an. Ini dilakukan untuk menghilangkan kesan kumuh dan rendah dari musik hillbilly. Tahun 1970-an, istilah musik country telah menjadi istilah populer. Banyak nama yang diberikan seperti country and western, tapi nama ini sudah hilang keculai di wilayah Inggris dan Irlandia
Penyebaran musik ini pada abad ke-19, diawali oleh kelompok imigran di Amerika Serikat yang berasal dari Eropa, terutama Irlandia, Britania Raya, Jerman, Spanyol, dan Italia pindah ke Texas. Kelompok dari berbagai bangsa tersebut berinteraksi dengan orang Spanyol, orang Meksiko-Amerika, penduduk asli Amerika Serikat, dan pemukim Amerika Serikat yang sudah lebih dulu menetap di Texas. Sebagai hasilnya, di Texas berkembang kebudayaan dengan ciri-ciri khas yang berakar dari kebudayaan negara asal pemukim
Cowboy (penggembala sapi) memang diidentitaskan dengan musik Country. Musik ini lahir pada rekaman permainan biola country John Carson dengan judul rekamannya “Little Log Cabin in the Lane” oleh Okeh Records pada tahun 1923. Selanjutnya lahir rekaman selanjutnya dengan genre yang sama oleh Columbia pada tahun 1924 “Old Familiar Tunes”. Sebelumnya steel guitar masuk country pada tahun 1922, di mana Jimmie Tarlton bertemu dengan Hawaiian guitarist Frank Ferera di pantai barat Amerika.
Mulai tahun 1927, selama 17 tahun Carters merekam lebih dari 300 old-time ballads, lagu traditional, lagu country, dll. Selanjutnya pada tahun 1930-an dan 1940-an lagu cowboy menjadi populer di semua film Hollywood. Dan tahun 1939 irama Boogie-woogie menjadi terkenal.
Jenis lain musik coutry salah satunya hanya memakai gitar, bass, dobro atau steel guitar (dan nantinya drum) menjadi populer di kalangan orang kulit putih kelas menengah ke bawah di Amerika Serikat Bagian Selatan. Irama yang nantinya disebut honky tonk ini berasal dari Texas.
Definisi irama honky tonk bila di pusisikan kan berbunyi “sedikit dari sini, sedikit dari sana, sedikit hitam, sedikit putih…cukup keras agar engkau tidak banyak pikir-pikir dan langsung memesan wiski.” Al Dexter dari Texas Timur sukses mencetak lagu hit “Honky Tonk Blues”, dan beberapa tahun kemudian dengan “Pistol Packin’ Mama” (Mr D)
SEJARAH MUSIK JAZZ
Musik jazz merupakan pertemuan antara musik Eropa dan musik Afrika yang berkembang dari kehidupan masyarakat kulit hitam di Amerika yang tertindas. Kelahiran aliran musik ini dipengaruhi oleh tribal drums, musik gospel, blues dan juga field hollers. Instrumen dasar musik jazz awalnya menggunakan alat-alat musik marching band yang di pakai untuk mengiringi upacara pemakaman warga komunitas Afrika Amerika di New Orleans. Anggota marching band ini sebagian merupakan musisi dalam kelompok-kelompok musik jazz awal yang belajar secara otodidak dan berperan penting pada
awal perkembangan musik jazz
awal perkembangan musik jazz
pada tahun 1919 musisi jazz dari New Orleans yaitu Kid Ory's Original Creole Jazz Band konser di San Fransisco dan Los Angeles, California. Dan pada tahun 1922 mereka menjadi band kulit hitam pertama asal New Orleans yang membuat rekaman. Saat itu jazz sudah mulai populer, berkembang dan mulai dilirik musisi kulit putih. Kolaborasi pertama antara musisi kulit hitam dan kulit putih terjadi pada tahun 1926 saat Jelly Roll Morton melakukan rekaman bersama dengan New Orleans Rhythm Kings. Pada masa yang sama jazz sudah mulai dimainkan dalam format orkestra atau big band, tak hanya dengan band kecil terdiri dari empat atau lima orang saja. Band-band jazz terkenal yang mempengaruhi lahirnya Swing adalah Fletcher Henderson band dan Duke Ellington band di New York serta Earl Hines dari Chicago
Di Indonesia sendiri musik jazz telah masuk pada era 30-an yaitu di bawa oleh para musisi Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Mereka memainkan musik ini di hotel-hotel besar Indonesia saat itu. Pada tahun 1948 musisi Belanda datang ke Indonesia dan membentuk orkestra simfoni yang berisi musisi lokal..
Musik POP
Awal berkembangnya musik pop
Perkembangan musik pop tidaklah lepas dari peran media massa, dan radio pendukung awal berkembangnya musik di Indonesia bahkan dunia. Media massa menempati posisi strategis dalam membangun batas – batas sebuah lagu berada pada titik ideal konstruksi kapital dan selera publik, dan radio merupakan media awal dari pembangunan konstruksi kapital dan selera publik mengenai selera musik pop yang dimulai pada tahun 1920’an, yang kemudian disusul media televisi (MTV terutama yang menayangkan musik 24jam non stop).
Periode 80 dan 90’an adalah awal dari mewabahnya industri hiburan termasuk didalamnya adalah musik populer. Hal ini dikarenakan munculnya media massa swasta baik cetak maupun elektronik. Stasiun televisi tidak lagi dimonopoli oleh negara (TVRI) mulai bermunculan stasiun televisi swasta, seperti RCTI , SCTV, ANTEVE, Indosiar dan TPI.
Data pertengahan 1990’an, menunjukkan sekitar 80 juta kaset rekaman per tahun beredar di masyarakat (sekitar 500 milyar rupiah). Jumlah kaset rekaman yang beredar ini apabila dirinci, sekitar 85 % adalah rekaman lagu Indonesia dan sisanya rekaman lagu asing (Republika, 20 April 1996).
Pasang surut musik pop era 90’an
Mulai berkembangnya industri musik terutama musik pop terjadi ketika lepas masa pengekangan Orde Baru. Bermunculannya media swasta menjadi penunjang berkembangnya musik pop. Pada era 80’an dan 90’an kiblat musik menjadi milik Prambors yang memutar musik – musik yang disukai para remaja waktu itu. Prambors memutarkan baik itu musik – musik indonesia maupun luar negeri seperti The Beatles dan Rolling Stones dari pagi hingga tengah malam.
Selain itu, media cetak juga berperan dalam perkembangan musik di tanah air, majalah Hai adalah salah satunya. Majalah ini memberikan informasi – informasi yang update tentang perkembangan musik baik dalam negeri maupun luar negeri. Lewat rubrik Haitop, pembaca dapat mengetahui lagu – lagu yang sedang hits di AS, Inggris dan Indonesia.
Ketika keran swasta dibuka dibidang media televisi, mulailah stasiun televisi berlomba – lomba dalam penayangan musik untuk mendapatkan rating. RCTI dengan acara musik andalannya di era 90’a yakni Video Musik Indonesia, Nuansa Musik dan Delta, SCTV dengan Simfoni dan Video Hits, TPI dengan Musik Pop Indonesia, Minggu Pilihan, dan Musiklip, serta Indosiar dengan Video Klip Musik, Pesta, dan Tembang Kenangan. Anteve bekerjasama dengan MTV menayangkan beberapa acara yang terkenal seperti MTV Musik Rock, MTV Asia Hit List dan Bursa Musik Indonesia.
Peraturan Pemerintah No.20 yang dikeluarkan pada Juni 1994 membuka industri rekaman asing di Indonesia. Hingga Juli enam perusahaan multidimensional besar melebarkan sayapnya ke Indonesia, seperti Warner Music Indonesia, BMG, PolyGram, EMI, Universal, Sony Music. Perusahaan – perusahaan multidimensional ini telah menguasai 40%-50% omzet industri rekaman di Indonesia.
Musisi – musisi yang mewakili era 90an ini salah satunya adalah Betharia Sonata dengan tembang – tembang melankolisnya mampu menghibur para pendengar musik pop di Indonesia. Lagu Hati Yang Luka ciptaan Obbie Mesakh menjadi sebuah perbincangan baik itu di radio maupun di televisi. Lagu – lagu seperti ini mendapat kritikan dari Harmoko yang menganggapnya sebagai lagu “krupuk” dan cengeng dan ia mengimbau agar lagu seperti ini dihentikan penayangannya di TVRI. Pelarangan terhadap musik aliran musik cengeng ini menjadikan musik pop Indonesia surut, dan seperti kehilangan arah. Dampak positifnya musik dangdut menjadi lebih hidup dan meriah. ‘Gantengnya Pacarku’ hits dangdut pertama yang dinyanyikan Nini karlina semakin exisnya perkembangan musik dangdut.
Pada era selanjutnya yakni akhir 90’an sampai sekarang, musik pop di Indonesia dikuasai oleh band – band pop, dari mulai Sheila On 7, Padi hingga Kangen Band, ST12 dan Armada.Musik pop Indonesia mulai menggeliat bahkan sampai merajai musik negeri tetangga yakni Malaysia.
Kritikan untuk musik pop
Musik pop adalah sebuah musik yang memiliki karakteristik komersil yang dibuat sesuai dengan keinginan atau seleraa pasar. Ada istilah “music for sale not for soul” karena terkadang dalam pembuatan musiknya lebih mementingkan unsur komersil dan terkadang mengabaikan unsur estetika seni dalam bermusik. Karena alasan tersebutlah munculla beberapa kritikan dari para politisi, seperti Harmoko (pada waktu Orde Baru menjadi Menteri Penerangan) dan juga Bung Karno.
Menteri Penerangan era Orde Baru yakni Harmoko mengungkapkan kritikannya pada saat perayaan ulang tahun TVRI yang ke-26, ia mengkritik tayangan Aneka Ria Safari dan Selekta Pop yang menurutnya sering menayangkan lagu – lagu cengeng. Harmoko berkata demikian karena lagu – lagu cengeng tersebut melemahkan mental rakyat dan melenceng dari tujuan Orde Baru yakni Pembangunan.
Bung Karno mengkritik keras musik pop yang berkembang di Indonesia. Ia merasa tidaklah pantas sebuah bangsa yang menentang imperialisme dalam hal politik dan ekonomi terkena imperialisme kebudayaan dari Barat. Kritikan tersebut tertuang dalam pidatonya pada pidato 17 Agustus 1929; “Dan engkau, hai pemuda – pemuda dan pemudi – pemudi, engkau jang tentunya anti imperialisme ekonomi, engkau jang menentang menentang imperilisme politik, kenapa dikalangan engkau banjak jangtidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa dikalangan engkau banjak jang masih rock – n’roll – rock n’roll-an, dansi – dansian ala cha – cha – cha, musik – musikan ala ngak ngik ngek gila – gilaan dan lain sebagainya?” (Soekarno, 1929:27).
Jadi, memang dari awal musik pop itu identik dengan musik komersil yang ditunjang dukungan dari para produser rekaman yang mencari untung. Namun, ada baiknya para pekerja seni musik baik itu musisi ataupun produser rekaman memikirkan kreatifitas seni dalam bermusik agar musik Indonesia dapat terus berkembang, bukan hanya menjual lirik – lirik sendu tanpa dibarengi dengan kualitas bermusik yang baik.
Reggae
sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan
Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas
menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus - putus
tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang 'berkotbah'
dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak
keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika),
pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan
aspek politis Rastafarinya. "Reg-ay" bisa dibilang muncul dari anggapan
bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul
Amerika namun dengan ritem yang 'dibalik' dan jalinan bass yang
menonjol. Tema yang diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes
politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska
& rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika -
Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi 'lubang - lubang'
iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer,
permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis
dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat
pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.
sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan
Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas
menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus - putus
tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang 'berkotbah'
dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak
keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika),
pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan
aspek politis Rastafarinya. "Reg-ay" bisa dibilang muncul dari anggapan
bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul
Amerika namun dengan ritem yang 'dibalik' dan jalinan bass yang
menonjol. Tema yang diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes
politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska
& rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika -
Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi 'lubang - lubang'
iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer,
permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis
dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat
pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.
Langganan:
Postingan (Atom)