Sejarah Gereja Paroki Administratif BVM de La Salette Juwana
oleh OMK Jepara Blog pada 30 Agustus 2010 jam 16:10
Paroki Administratif Juwana terletak kurang lebih 12 km arah Timur laut dari Gereja St. Yusuf Pati. Sebelum menjadi Paroki Administratif Juwana statusnya ialah Stasi Juwana, Paroki Pati. Menurut Buku Sejarah Provinsi MSF Jawa pada tahun 1949 Rm. P. Stienen, MSF yang menjadi Pastor Paroki Pati mendapat tugas khusus membangun gedung gereja Paroki Pati dan mempersiapkan Stasi Juwana.
Keberadaan gedung gereja Stasi Juwana tak lepas dari Ibu Maria Chatarina Chauvin yang merelakan sebagian tanahnya untuk lokasi gereja tersebut. Demikian juga Bapak Bedjo Ludiro dengan kawan-kawannya yang memprakarsi pembangunan gereja di Stasi Juwana ini.
Setelah gedung gereja Stasi Juwana selesai dibangun diberi nama BMV de la Salette Juwana. Misa pertama dilaksanakan pada 10 Juli 1956 bersama Uskup Agung Semarang Mgr. A. Soegijopranata. Namun seiring berjalannya waktu dan berdasarkan SK. Keuskupan Agung Semarang tanggal 7 April 1990 No.112 / B / I / A / 90 nama gereja Stasi Juwana ditetapkan dengan nama GEREJA KATOLIK SANTA MARIA LA SALETTE JUWANA.
Sebelum mempunyai gereja St. Maria La Salette Juwana pada tahun 30 - 40 an sudah pernah diadakan Perayaan Ekaristi, walaupun hanya pada waktu Natal bertempat di rumah Bp. S. von Boltog. Kemudian menjelang akhir tahun 1948 mengalami kemajuan, Perayaan Ekaristi ( Misa ) yang biasa dilaksanakan 6 bulan sekali di rumah Bp. FX. Widya Saputra Jalan Silugonggo 14 Juwana menjadi dua kali sebulan pada hari Minggu pertama dan ketiga karena mulai tahun 1949 di Pati mempunyai 2 Pastor yaitu Rm. Stienen, MSF dan Rm.Yacobs, MSF hingga tahun 1956.
Dengan berjalannya waktu, pada tahun 1983 umat Juwana membangun sebuah ruangan sebagai sarana kegiatan umat yang diberi nama SASANA PRADHANA AVE MARIA.
Pada saat Rm. Harsawijaya MSF bertugas sebagai Pastor Pembantu Paroki Pati untuk Juwana beliau menetap dan tinggal di tengah-tengah umat Juwana. Keberadaan Rm. Harsawijaya MSF merupakan anugerah yang berlimpah bagi umat Juwana karena keadaan ini sangat lama di dambakan oleh umat Juwana. Dan tanggal13 April 1994 status Stasi Juwana menjadi Paroki Administatif Juwana. Dengan Susunan Pengurus Dewan Parokinya sebagai berikut:
1. Ketua Umum : Pastor Paroki
2. Ketua I : I. Sugeng Pranoto
3. Ketua II : Alex Pujianto
4. Sekretaris I : A. Suparlan
5. Sekretaris II : FF. Triwatiningsih
6. Bendahara I : Bambang Santoso
7. Bendahara II : FX. Budi Santoso
Gereja Santa Maria La Salette Juwana, memiliki dua Stasi yaitu Stasi Tlogomojo dan Stasi Jakenan. Menurut Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004 Status untuk Stasi Tlogomojo dan Jakenan menjadi Lingkungan. Mengenai keberadaan LINGKUNGAN Tlogomojo dan gereja SAN INIGO yang terletak kurang lebih 7 Km arah Tenggara dari Juwana dan masuk wilayah kecamatan Batangan pada sekitar tahun 1982 atas bimbingan Bapak A. Kunarso dan Bapak Y. Soedarto (Alm.) serta Pamong-pamong yang lain Lingkungan Tlogomojo berkembang pesat dan menggembirakan, dimulai dengan adanya Doa bersama, Ibadat Sabda dan kemudian Parayaan Ekaristi bersama masih bertempat di rumah warga. Atas kebulatan tekad bersama dengan uang terkumpul Rp 65.000,- dibelilah sebidang tanah untuk lokasi kapel. Waktu itu Pastor Paroki Pati Rm. Marta Wiryana, MSF dan kemudian diganti Rm. PC. Yoedadihardja, MSF (Alm.) dilanjutkan pembangunan gedung gereja di atas tanah ukuran 6 x 9 m yang dirasa cukup menampung umat untuk melaksanakan kegiatan. Atas berkenannya beliau Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmadja, SJ gereja Tlogomojo diresmikan penggunaannya pada 16 Mei 1985 dengan nama GEREJA KATOLIK SAN INIGO. Dari dulu sampai sekarang di Lingkungan Tlogomojo Perayaan Ekaristi diadakan sebulan sekali ( hari Minggu ke dua ) untuk selebihnya dilayani oleh Prodiakon dari Juwana.
Tentang keberadaan Lingkungan Jakenan kurang lebih sejak tahun 1980 ada umat katolik menetap di Kecamatan Jakenan. Sebelumnya mereka selalu mengikuti Perayaan Ekaristi dan kegiatan kerohanian lainnya di Juwana dan di Pati. Semakin lama semakin banyak umat katolik yang menetap di Jakenan dan sekitarnya termasuk di wilayah Kecamatan Pucakwangi, melihat perkembangan umat yang demikian itu maka Rm. PC. Yoedadihardja, MSF ( Alm. ) membeli sebidang tanah dan gedung yang dijadikan kapel dengan harapan Lingkungan Jakenan semakin berkembang. Namun sampai saat ini umat di Jakenan terus berkurang. Ada 3 atau 4 keluarga yang tersisa mereka selalu mengikuti Misa di Gereja Pati.
Dengan berjalannya waktu yang dibarengi dengan pergantian Pastor Paroki serta kebijaksanaan Pastoral dalam hidup menggereja umat, benih-benih iman menghasilkan buah yang berlimpah sebagai nampak pada data berikut ini:
¨ Tahun 1970 umat Katolik berjumlah 594 Jiwa .
¨ Tahun 1980 umat Katolik berjumlah 634 Jiwa .
¨ Tahun 1990 umat Katolik berjumlah 813 Jiwa .
¨ Tahun 2000 umat Katolik berjumlah 640 Jiwa
Setelah sekitar 50 tahun karya misi dan pastoral dilaksanakan pada tahun 2005 ini umat Paroki Administratif Juwana berjumlah 726 jiwa.
[1] Sumber buku Sejarah Gereja St. Yusup Gedangan dalam rangka peringatan 125 th Gedung Gereja dituliskan th 1932 MSF mulai berkarya di Bangkong, 1934 berkarya di Kudus, Demak, Jepara dan 1956 di Purwodadi dan Gubug.
[2] Dalam Konsep Buku Sejarah Gereja Gedangan, sampul biru, tertulis tahun 1936 kompleks Kebon Dalem dibeli Pastoor Beekman SJ. Buku sumber Sejarah Gereja St. Yusup Gedangan dalam rangka peringatan 125 th Gedung Gereja tertulis, Pastor Beekman tanggal 26 November 1936 membeli kompleks Yayasan Soli Bei di Kebon Dalem untuk Panti Asuhan, Sekolahan, Susteran dan Gereja. Baru tgl 16 Desember 1937 bangunan gereja di resmikan.
note : titik-titik merah ditekan berbarengan
Kunci = A
Kunci = Am
Kunci = B
Kunci = Bm
Kunci = C
Kunci = Cm
Kunci = D
Kunci = Dm
Kunci = E
Kunci = Em
Kunci = F
Kunci = Fm
Kunci = G
Kunci = Gm
Rabu, 10 Agustus 2011
sejarah grup ST12
Sejarah ST 12
Satu lagi grup band asal kota kembang Bandung menyemarakan belantika musik Indonesia. ST12, grup yang terdiri dari 4 personil, Pepep (Drum), Iman Rush (Guitar), Pepeng (Guitar), dan Charly Van Houtten (Vokalis) ini dibentuk sejak Januari 2005 lalu.
Grup yang bermimpi untuk menjadi band papan atas itu mengusung jenis musik pop alternatif. "Kami menganggap jenis musik ini akan lebih mudah didengar, easy listening. Dan pendengar pun tampaknya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu seperti itu," ungkap Pepep mewakili teman-temannya.
Untuk menambah kualitas pada album perdana yang berjudul Aku Tak Sanggup Lagi, mereka melibatkan musisi Indra Utopia sebagai pengisi bass dan kang Iman GAIA untuk mengisi keyboard.
Awalnya grup band ini diprakarsai oleh Pepep dan Iman Rush. Pepep yang sebelumnya pernah tergabung dalam Oliv Band mengajak Pepeng, temannya yang sama-sama pernah tergabung dalam grup Oliv Band.
Ternyata jalan mereka tetap tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ketiga pria ini merasa kesulitan untuk mendapatkan seorang vokalis yang memiliki kriteria suara yang sesuai dengan keinginan mereka. Maka sebuah audisi pun dilakukan. Saat audisi, ketiganya dipertemukan dengan Carly Van Houtten. "Charly memiliki karakter suara yang bagus dan cukup kuat. Selain itu dia memiliki latar belakang sebagai pengajar vokal. Jadi, tampaknya tidak sulit bagi dia untuk membawakan lagu saat audisi berlangsung," papar Pepep.
Tidak berbeda dengan grup-grup band yang sedang naik daun sekarang ini, lagu-lagu mereka pun kebanyakan bertema tentang cinta. "Cinta sifatnya lebih fleksibel. Lebih universal. Bisa dinikmati oleh siapa saja, muda dan tua. Dan tema-tema seperti inilah yang akan terus laku di pasaran," tambah Pepep.
Nama ST12 sendiri diambil dari nama jalan, Stasiun Timur No 12, yang merupakan lokasi studio tempat mereka kumpul. Di studio tersebutlah, keempat orang pemuda ini kerap kali berkumpul dan mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. "Studio ini memang sering dijadikan tempat mangkal oleh teman-teman musisi lain, baik yang yunior, maupun senior di Bandung," jelas Pepep mengenai sejarah berdirinya ST12.
Satu lagi grup band asal kota kembang Bandung menyemarakan belantika musik Indonesia. ST12, grup yang terdiri dari 4 personil, Pepep (Drum), Iman Rush (Guitar), Pepeng (Guitar), dan Charly Van Houtten (Vokalis) ini dibentuk sejak Januari 2005 lalu.
Grup yang bermimpi untuk menjadi band papan atas itu mengusung jenis musik pop alternatif. "Kami menganggap jenis musik ini akan lebih mudah didengar, easy listening. Dan pendengar pun tampaknya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu seperti itu," ungkap Pepep mewakili teman-temannya.
Untuk menambah kualitas pada album perdana yang berjudul Aku Tak Sanggup Lagi, mereka melibatkan musisi Indra Utopia sebagai pengisi bass dan kang Iman GAIA untuk mengisi keyboard.
Awalnya grup band ini diprakarsai oleh Pepep dan Iman Rush. Pepep yang sebelumnya pernah tergabung dalam Oliv Band mengajak Pepeng, temannya yang sama-sama pernah tergabung dalam grup Oliv Band.
Ternyata jalan mereka tetap tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ketiga pria ini merasa kesulitan untuk mendapatkan seorang vokalis yang memiliki kriteria suara yang sesuai dengan keinginan mereka. Maka sebuah audisi pun dilakukan. Saat audisi, ketiganya dipertemukan dengan Carly Van Houtten. "Charly memiliki karakter suara yang bagus dan cukup kuat. Selain itu dia memiliki latar belakang sebagai pengajar vokal. Jadi, tampaknya tidak sulit bagi dia untuk membawakan lagu saat audisi berlangsung," papar Pepep.
Tidak berbeda dengan grup-grup band yang sedang naik daun sekarang ini, lagu-lagu mereka pun kebanyakan bertema tentang cinta. "Cinta sifatnya lebih fleksibel. Lebih universal. Bisa dinikmati oleh siapa saja, muda dan tua. Dan tema-tema seperti inilah yang akan terus laku di pasaran," tambah Pepep.
Nama ST12 sendiri diambil dari nama jalan, Stasiun Timur No 12, yang merupakan lokasi studio tempat mereka kumpul. Di studio tersebutlah, keempat orang pemuda ini kerap kali berkumpul dan mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. "Studio ini memang sering dijadikan tempat mangkal oleh teman-teman musisi lain, baik yang yunior, maupun senior di Bandung," jelas Pepep mengenai sejarah berdirinya ST12.
Senin, 08 Agustus 2011
Sejarah Perkembangan Musik Klasik Dunia
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja.
Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
Zaman Klasik (1750 - 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja.
Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
Zaman Klasik (1750 - 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
Langganan:
Postingan (Atom)